Rabu, 14 Mei 2008

Bertumpu pada "People Cybernomic"

Bertumpu pada "People Cybernomics"

Judul : Mengutamakan Rakyat
Penulis: Wawancara Mayor Jenderal TNI Saurip Kadi oleh Liem Siok Lan
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
Tahun: 2008
Tebal : 371 halaman


Indonesia sedang terpuruk, bahkan lebih dari itu karena karut marut persoalan sudah berakar di segala bidang. Namun anehnya, para elite politik yang berkuasa masih tetap saja tidak peduli, dan tak memiliki visi. Ibarat penyakit, bangsa Indonesia sekarang dalam kondisi "sakit parah dan kritis" sehingga bila tanpa "operasi besar" sang pasien sulit memiliki masa depan.
Virus utama yang mengendap, yang menjadi penyebab pengeroposan negeri ini adalah elite politik yang malas, korup, tidak efisien, tidak peduli sesama bangsanya, rakus, goblok, dan berobsesi dengan pangkat dan kedudukan, duit, dan gengsi. Dan, yang paling mendasar dari persoalan bangsa ini adalah sistem kenegaraan yang tidak rasional, hubungan antarkelembagaan tidak harmonis, termasuk konsep sistem kepartaian, pemilu, dan otonomi daerah yang inkonsistensi, yang membuat keadaan semakin semrawut.
Hal inilah antara lain yang dipaparkan dalam buku "Mengutamakan Rakyat," yang berisi pemikiran/kajian Mayor Jenderal TNI Saurip Kadi (SK) yang dituangkan dalam bentuk tanya-jawab oleh Liem Siok Lan (LSL, sebagai pewawancara).
Buku ini semakin menarik karena ada "diskusi" di dalamnya, dilengkapi komentar-komentar para tokoh, pengamat politik dan ekonomi yang tersohor, seperti Ben Anderson, Profesor Emeritus Government Studies, dari Cornell University Itacha, New York, USA, Prof Jeffrey A Winters dari Northwestern University, Chicago, USA., Gus Dur, Try Sutrisno, Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Christianto Wibisono, Aristides Katoppo, Rizal Ramli, Effendi Gazali, Faisal Basri, Rm Benny Susetyo Pr, Sujiwo Tejo, dan sebagainya. Membaca buku yang sangat terbuka, jelas, keras, serta urgen ini, napas kita ikut turun naik, ikut geram dengan apa yang telah dan tengah terjadi akibat banyaknya kerusakan dan ketamakan yang dilakukan secara melembaga oleh kelompok-kelompok yang hanya mementingkan diri dan golongannya. Apa yang didiskusikan dalam buku ini, sangat menyentuh nurani rakyat yang selama ini ditindas, dieksploitasi, disingkirkan, dikecewakan, dan dikorbankan.
Saurip Kadi mengatakan landasan virus ini adalah warisan politiknya Soeharto, diktator militerisme, korupsi berskala gunung, pembungkaman pendapat umum, rusaknya sendi hukum yang sehat, pengadu domba sinis antara kubu-kubu etnis dan agama, penghancur demokrasi dan HAM, dan seribu satu lagi. Indonesia yang disebut-sebut sudah mengalami reformasi itu, ternyata kamuflase. Pada masa Orba memang tampak ada kemajuan, tapi itu bukan bukti riil keberhasilan, karena sesungguhnya banyak manipulatifnya. Semu dan penuh rekayasa. Korupsi tidak lagi dianggap dosa, pejabat negara bergaji pas-pasan tanpa penghasilan tambahan yang sah bisa hidup kaya raya.
Pemerintahan Bung Karno dan juga Soeharto gagal menghadirkan kesejahteraan bagi rakyatnya, berimbas pada stabilitas tingkat kenegaraan. Di sanalah terjadi berulang kali krisis kenegaraan. Lebih parah lagi karena UUD 45 membenarkan bahwa presiden, yang notabene adalah kepala negara bisa dihentikan di tengah jalan oleh MPR seperti yang dialami oleh Bung Karno dan dan juga Gus Dur (hal 10).
Saurip Kadi menegaskan, Indonesia harus keluar dari penyakit kronis ini. Caranya, tak ada pilihan lain kecuali melakukan corporate restructuring menuju model BUMR (Badan Usaha Milik Rakyat) yang bertumpu pada people cybernomics. Maksudnya, sentra-sentra produksi masyarakat diorganisasi dalam sebuah jaringan yang berbasis teknologi informasi telekomunikasi sehingga terbentuk jaringan pasar lokal, nasional, dan menjangkau global. Gagasannya diuraikan dalam bab per bab tentang menyusun ulang sistem kedaulatan, pemurnian dan implementasi Pancasila, nasionalisme baru Indonesia, reformulasi UUD, refungsionalisasi kelembagaan negara, tentara bela rakyat (visi baru kedaulatan rakyat), paradigma baru manajemen pemerintahan, kabinet enterpreneur, memerangi KKN, kepemimpinan yang kuat, potret bangsa, hingga tentang kencan ideologis.
Apakah dengan konsep pemikirannya itu Saurip Kadi mau terjun ke dunia politik dan mempersiapkan diri untuk tahun 2009? Waktulah nanti yang menjawab. Yang pasti, buku mengenai kajian dan visinya tentang Indonesia di masa depan itu, seperti yang ditulisnya di halaman pengantar. [SP/Rina Ginting]

1 komentar:

  1. Blog kliping ini kelihatannya baru di mulai. Karena itu klipingnya harus bervariasi dan diurutkan berdasarkan kategori buku. Masing-masing buat halaman utama, halam utama ini punya lagi sub-sub kumpulan klipingnya. Terima Kasih

    BalasHapus